Penyebab Menjadi Seorang Gay : Melihat Lebih Kasus Penyimpangan Seksual
Baru-baru ini
ramai diperbicangkan kasus yang tengah menjerat artis dangdut yang sering
mondar-mandir di layar kaca, Saiful Jamil. Publick figure yang biasa di
sapa bang ipul di laporkan oleh salah seorang fansnya yang mengalami tindakan
tidak senonoh (tindak asusila) saat sedang menginap di rumah bang Ipul.
Ironinya, fans tersebut adalah anak di bawah umur yang juga adalah seorang yang
berjeis kelamin laki-laki.
terlepas dari pemberitaan miring tersebut, di luar dari kasus ini, mari kita lihat kejadian ini lebih dalam tetang penyebab perilaku sesual yang menyimpang.
Mengapa kejadian ini
terjadi pada Saiful jamil yang diketahui selama ini tidak menunjukkan
ketertarikannya kepada sesama jenis.
Pertanyaannya adalah
: Apa penyebab seorang menjadi seorang gay?
1. Teori Biologis : Perbedaan adalah sesuatu yang
dibawa lahir
Banyak gay
yang menyatakan bahwa orientasi seksual yang dimiliki adalah hasil yang
muncul dari faktor biologis, sehingga
mereka idak memiliki kendali ataupun pilihan terhadap orientasi seksualnya.
Menurut pandangan biologis penyebab seorang pria menjadi gay adalah:
- Faktor Genetik
Kallman (dalam Maters,
1992), melaporkan bahwa kondisi homoseksualitas adalah kondisi genetik. Biasanya
seorang gay yang terlahir kembar memiliki kecenderungan saudara kembarnya
adalah sesama gay. Begitu juga dengan saudara yang lain, paman, sepupu yang
sama-sama seorang gay.
- Faktor Hormonal
Menurut teori ini, hormon
seks berperan dalam menentukan
orientasi seksual seseorang
(Savin-Williams & Cohen, 1996). Hormon testosteron ditemukan lebih rendah dan hormon estrogen
lebih tinggi pada seorang gay (Meyer
et al, dalam Masters,1992). Hasil penelitian lain menemukan gay
memiliki tingkat androgen yang
lebih rendah dibandingkan pria straight.
- Urutan Kelahiran
Berdasarkan penelitian
hubungan urutan kelahiran dengan kecenderungan
pria menjadi gay ditemukan seorang gay
cenderung lahir pada urutan terakhir
dengan memiliki saudara laki
-laki tetapi tidak memiliki saudara perempuan (Caroll, 2005).
2. Teori Perkembangan
- Pandangan Sigmund Freud
Freud yakin bahwa
homoseksualitas merupakan hasil dari kelanjutan predisposisi mengenai manusia
yang terlahir dengan keadaan biseksual. Dibawah
lingkungan biasa, psikoseksual berkembang pada masa kanak-kanak yang
berhadapan dengan kehidupan heteroseksual, tetapi pada kondisi lingkungan
tertentu, perkembangan yang normal mengalami gangguan dalam tahap
“ketidakmatangan”, dan menghasilkan homoseksualitas dalam masa dewasa (Masters, 1992).
Freud yakin ada satu tahap
dalam perkembangan manusia yang tertarik
kepada jenis kelamin yang sama, dan kebanyakan kaum homoseksual melewati masa tersebut beberapa tahun
sebelum masuk ke dalam masa pubertas
(Savin-Williams & Cohen,1996).
Pada homoseksual,
perkembangan tersebut dialami lebih
lambat bila dibandingkan dengan orang normal pada umumnya, dan mengalami
fixasi dalam tahap ketertarikan
kepada jenis kelamin yang sama. Fixasi tersebut terjadi karena keadaan ibu yang
terlalu dominan, juga karena ayah yang
terlalu dominan. Homoseksualitas juga dapat disebabkan trauma pada masa kanak-kanak, dimana selama masa kanak-kanak
awal mendapatkan penyiksaan dari saudara
kandung, teman bermain ataupun orang dewasa (Cameron dalam Savin-Williams, 1996).
- Bieber’s Model
Bene (dalam Masters, 1996)
menyatakan seorang gay memiliki hubungan yang kurang dengan ayahnya dibandingkan
dengan pria straight. Greenbal (dalam Masters, 1992) menemukan ayah dari
seorang gay bersifat dominan, tidak protektif, sementara
ibu seorang gay memberikan perlindungan dan dominansi yang
berlebih-lebihan). Pendapat Marmor (dalam Masters,1992) mengenai gay, gay
bisa juga muncul dari keluarga dengan kondisi jauh dari ibu, atau ibu
yang pemarah, terlalu dekat dengan ayah, tidak memiliki ayah atau ibu yang
ideal, dan ketidakberadaan figur ayah atau ibu.
- Teori Behavioral
Teori behavioral menekankan
pada homoseksualitas yang muncul karena
proses belajar (McGuire et
al dalam Masters, 1992). Homoseksual
muncul karena adanya penguatan positif atau
reward terhadap pengalaman homoseksualitas dan hukuman atau penguatan negatif terhadap
pengalaman heteroseksualitas.
Sumber : www.psi-didicelerous.blogspot.co.id
0 komentar :
Posting Komentar