slide

Jumat, 15 April 2016

Humor : Kekocakan dan Keunikan Orang Madura

Humor : Kekocakan dan Keunikan Orang Madura

Sampeyan pernah dengar kisah Habibie yang dikadalin begitu mudahnya oleh orang Madura?
Habibi Di Kadalin
Saat menjabat Menristek, Habibie berkunjung ke Madura. Banyak umbul-umbul sambutan ditegakkan. Habibie bertanya kepada seseorang di tepi jalan, “Ini bambu umbul-umbulnya menjulang sekali ya. Berapa itu tingginya?”
Orang itu langsung mengambil meteran dan memanjati bambu umbul-umbul. “Akan saya ukur tingginya, Pak.”
Habibie tersenyum. “Bapak ini kok repot. Dirubuhkan dulu saja kan ya bisa, nggak usah dipanjat.”
Orang Madura itu tertawa. “Sampeyan ini bagaimana? Kalau dirubuhkan itu jadinya panjang, bukan tinggi lagi.”

Biru dan Hijau
Orang Madura ndak mengenal warna hijau di lampu merah. Adanya biru. Pokoknya biru. Meski warna sebenarnya tetap sama dengan lampu merah yang dipakai di Jawa: ya merah, kuning, dan hijau. Orang Madura akan menegur pengendara di depannya yang ndak kunjung tancap gas kala lampu hijau sudah menyala dengan kalimat begini, “Sudah biru kok Sampeyan ndak jalan juga,Lek.”
Tapi jangan salah, orang Madura juga menyebut biru untuk warna langit dan laut. Bukan hijau. Jadi, orang Madura sama sekali tidak buta warna.

Ramuan Madura
Madura juga kondang dengan ramuan seksualitasnya. Lazim disebut ramuan Madura. Benarkah ramuan Madura sebegitu dahsyatnya?
Simak ilustrasi ini: “Kalau wanita non-Madura diminta bikin kopi, itu pasti sendoknya yang dipakai untuk mengaduk kopi di gelas. Nah, kalau wanita Madura yang bikin kopi, bukan sendoknya yang mengaduk kopi, tapi gelasnya yang mengaduk sendok.”
Nah lho! Penasaran? Hati-hati, kata Jean Baudrillard, pikiran mengenai seksualitas seringkali lebih dahsyat dibanding aktivitas seksualitas itu sendiri.

Diambil dari : http://mojok.co