Humor
: Kekocakan dan Keunikan Orang Madura
Sampeyan
pernah dengar kisah Habibie yang dikadalin begitu mudahnya oleh orang
Madura?
Habibi Di Kadalin
Saat
menjabat Menristek, Habibie berkunjung ke Madura. Banyak umbul-umbul
sambutan ditegakkan. Habibie bertanya kepada seseorang di tepi jalan, “Ini
bambu umbul-umbulnya menjulang sekali ya. Berapa itu tingginya?”
Orang
itu langsung mengambil meteran dan memanjati bambu umbul-umbul. “Akan saya ukur
tingginya, Pak.”
Habibie
tersenyum. “Bapak ini kok repot. Dirubuhkan dulu saja kan ya bisa, nggak usah
dipanjat.”
Orang
Madura itu tertawa. “Sampeyan ini bagaimana? Kalau dirubuhkan itu jadinya
panjang, bukan tinggi lagi.”
Biru dan Hijau
Orang Madura ndak
mengenal warna hijau di lampu merah. Adanya biru. Pokoknya biru. Meski warna
sebenarnya tetap sama dengan lampu merah yang dipakai di Jawa: ya merah,
kuning, dan hijau. Orang Madura akan menegur pengendara di depannya yang
ndak kunjung tancap gas kala lampu hijau sudah menyala dengan kalimat begini,
“Sudah biru kok Sampeyan ndak jalan juga,Lek.”
Tapi
jangan salah, orang Madura juga menyebut biru untuk warna langit dan laut.
Bukan hijau. Jadi, orang Madura sama sekali tidak buta warna.
Ramuan Madura
Madura
juga kondang dengan ramuan seksualitasnya. Lazim disebut ramuan Madura.
Benarkah ramuan Madura sebegitu dahsyatnya?
Simak
ilustrasi ini: “Kalau wanita non-Madura diminta bikin kopi, itu pasti sendoknya
yang dipakai untuk mengaduk kopi di gelas. Nah, kalau wanita Madura yang
bikin kopi, bukan sendoknya yang mengaduk kopi, tapi gelasnya yang mengaduk
sendok.”
Nah
lho! Penasaran? Hati-hati, kata Jean Baudrillard, pikiran mengenai seksualitas
seringkali lebih dahsyat dibanding aktivitas seksualitas itu sendiri.
Diambil dari : http://mojok.co
0 komentar :
Posting Komentar